Cara Menentukan Klimaks dalam Cerita Fiksi
Klimaks adalah puncak
dari sebuah cerita. Atau, menurut penulis lain mengatakan bahwa sebuah
tujuan dalam cerita adalah serupa jalan raya. Dan klimaks merupakan
ujung jalan rayanya.
Jadi cerita dan
klimaks merupakan satu dari kesatuan sebuah karya (fiksi) yang
dihasilkan. Karena kedua hal tersebut selalu saling berkaitan! Tak dapat
dipisahkan. Ibarat penulis dengan laptop, pena dan notes. Selalu
bersama-sama.
Sebab, semua itu
merupakan dari sebuah susunan kerangka dan sarana. Maka dari itulah jika
sebagai penulis apabila dibilang saatnya untuk berhenti. Maka
berhentilah! Tidak usah dilanjutkan. Apalagi ngeyel dibilanginya! Nanti
hasilnya yang ada bisa kacau balau.
Dan klimaks
merupakan sebuah akhir cerita. Jika sebagai penulis terus melanjutkan
cerita setelah klimaks, berarti akan menciptakan anti klimaks yang
sangat mungkin akan merusak. Hingga mengakibatkan tak menjadi selaras
dalam keseluruhan sebuah cerita yang sudah ada.
Tegasnya dalam
urusan klimaks penulis harus menyusun bagian-bagian dari topik itu
sendiri. Baik dalam suatu urutan yang semakin meningkat hingga mencapai
letupan pada akhir rangkaian cerita. Jadi sebagai penulis diwajibkan
harus benar-benar dituntut untuk mengetahui hal yang paling penting
dalam cerita yang ditulisnya. Serta memahami hal yang paling rendah
kedudukan dan kepetingannya dalam cerita tersebut.
Maka untuk itulah sebagai penulis, apalagi yang baru berkecimpung di dunia kepenulisan (new bi)
dan literasi tidak ada salahnya menilik lebih dalam tentang klimaks
ini. Apakah sudah selayaknya menguasai hal-hal penting dalam cerita yang
sudah dibuat atau tidak. Apalagi yang paling terutama tentang jalinan
menuju klimaks sebuah cerita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar